Sebuah Catatan untuk di Renungkan Part II

Sepenggal kisah akan penulis sajikan dengan harapan dapat menjadi teman secangkir kopi yang turut serta dalam proses perenungan kita.

"Sekelompok semut merah telah bersarang dihalaman depan rumah. Seperti biasa, mereka tetap melakukan aktivitas nya mengangkut makanan dari luar menuju kesarangnya, atau dari sarang pergi menuju sumber makanan dengan saling menyapa ketika berpapasan jalan dengan rekan setimnya. 

Sedangkan pada waktu yg bersamaan, ada seorang anak balita sedang bermain dimana para semut tersebut beraktivitas, karena para semut merasa keberadaan sang anak tersebut dapat mengancam keselamatan para semut, lantas barisan para semut kecil pun melakukan hal yang sama seperti makhluk-makhluk lainnya, mereka akan melakukan suatu tindakan perlindungan diri, sang semut secara spontan menyerang kaki sang anak yg ternyata telanjang kaki, memudahkan sang semut untuk melemahkan musuhnya.

Reaksi si anak pun mulai merespon kepanikan orang tuanya. Dia lalu menyelamatkan si anak dengan membantai para semut yg menempel dikakinya. Bahkan sangking paniknya, orang tua si anak pun sampai membunuh semut yang lain hingga sarangnya pun dihancurkan. Dengan tanpa merasa bersalah pun si anak yg tengah menangis kesakitan mendapat bahasa penenang dari sang orang tuanya "dasar semut jahat, kini kamu tak perlu khawatir lagi untuk bermain disini."


Dari sepenggal cerita di atas, silahkan anda mengaitkan dengan berbagai asumsi atau kisah pengalaman yang menurut anda sejalan atau searah, sebab penulis tidak akan mengekang merdekanya pola pikir anda. Bisa saja berkaitan dengan pekerjaan, kehidupan sosial, pola ibadah, dan sebagainya. (Hikmah Qs. Al Baqarah 216).

Namun ada satu hal yang penulis tak ingin kita lewatkan bahwa setiap makhluk yang ada terlepas itu hidup atau yang sudah mati, semuanya memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anda.

Tuhan yang Maha Sempurna telah menyiapkan skenario terbaikNya bagi semua makhluk ciptaanNya. Bahkan secara mutlak telah dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya (Qs. Al Imran 139). Sedangkan dalam tatanan kehidupan sosial, tingginya derajat seseorang adalah suatu penghormatan.

pataskah kita menyalahkan keberadaan sang semut? pantaskah kita menyalahkan keberadaan sang anak yang dengan tanpa disadarinya telah memasuki kehidupan sang semut? atau pantaskah kita menghardik sang ibu yang berlaku zolim terhadap para semut? 

kembali pada asumsi kita yang menilainya.




Komentar